Union Saint-Gilloise dan Semangat Anti-Fasis Suporternya
Union saint-Gilloise akan tampil pertama kalinya di babak utama Liga Champions musim ini. Jawara Liga Belgia itu dikenal klub dengan suporter sayap kirinya.
Nanti malam, Union Saint-Gilloise akan menjejak sejarah. Klub berjuluk Les Unionistes itu akan melawan PSV Eindhoven di Philips Stadium, Selasa (16/9) malam WIB.
Musim lalu, Union Saint-Gillois bisa menjadi juara Liga Belgia. Mereka memenangi playoff kejuaraan, mengungguli Club Brugge.
Union Saint-Gilloise dikenal klub yang memiliki suporter berideologi 'kiri'. Suporternya kerap mengampanyekan semangat anti-fasis dan anti-rasis di stadion.
Suporter Union saint-Gilloise kebanyakan adalah buruh imigran di Brussel. Klub juga berdiri di lingkungan kelas pekerja, sehingga semangat-semangat perlawanan masih kuat.
Suporternya bahkan punya slogan, yang menjadi motto tak resmi klub. 'Anti-fascist Unionist for Life' atau 'Berserikat dan Anti-Fasis Seumur Hidup' jadi kata-kata yang diresapi setiap suporternya.
Pada 2020, slogan itu bahkan sempat bikin kesal kepolisian Brussel. Mereka sempat melarang pengibaran spanduk atau bendera bertuliskan slogan-slogan itu di stadion, yang tentu ditentang banyak pihak, dari warga sampai pejabat setempat.
"Pendukung Union menjadi teladan bagi banyak klub lain di Belgia dan luar negeri. Teriakan monyet dan perilaku rasis sejenisnya, yang baru-baru ini dialami Romelu Lukaku di Italia, sama sekali tidak terbayangkan di Union. Sebagai simbol dan bagian dari identitas klub, anti-fasisme Union merupakan tanda toleransi. Artinya, semua orang diterima di stadion, kecuali rasis dan fasis," kata anggota Parlemen Els Rochette pada 2020 lalu.
"Apakah kita harus memahami bahwa spanduk yang menghasut kekerasan atau menampilkan swastika harus diperlakukan


