Trauma-trauma Tragedi Kanjuruhan
Tragedi Kanjuruhan tak bisa dianggap remeh. Mereka yang selamat, juga harus dibantu untuk menghilangkan trauma.
Laga Arema FC vs Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 2022/2023, Sabtu (1/10/2022) malam WIB, menjadi pukulan untuk Indonesia. 125 orang kehilangan nyawa, 304 mengalami luka ringan, dan 21 luka berat dalam laga yang dimenangkan Bajul Ijo 3-2.
Pada akhirnya, mereka yang tak terluka secara fisik juga harus diperhatikan. Potensi adanya trauma tidak bisa dikesampingkan, sebab mereka tahu persis bagaimana suasana mencekam di Stadion Kanjuruhan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mereka terkurung di dalam stadium. Berebut menuju pintu keluar yang terbatas demi menghindari amukan aparat dan gas air mata. Suara-suara hiteris dan mata yang melihat mayat tergeletak tentu akan sulit dilupakan dalam waktu singkat.
Faisol, ayah Reko Septiyan, menceritakan kepada detikJatim, soal pengakuan kawan-kawan anaknya yang turut terjebak di tribun 12 Stadion Kanjuruhan. Tempat di mana gas air mata menghujani mereka.
"Menurut cerita teman-teman anak saya, saat kerusuhan terjadi polisi menembakkan beberapa kali gas air mata. Salah satunya ke tribune 12, tempat anak saya menonton pertandingan," kata Faisol, Minggu (2/10/2022).
"Padahal yang ada di tribune itu, kan, aman-aman saja harusnya. Yang ramai, kan, di lapangan. Tapi kok yang di tribune juga ditembak gas air mata? Banyak yang pingsan karena sesak napas itu."
"Jadi gas air mata itu ditembak sana di tembak sini. Otomatis membuat asap gas air mata itu semakin berkumpul di tribun. Tentu hal ini membuat orang enggak bisa bernapas. Karena itulah orang-orang itu berdesakan mencari jalan keluar."
"Jadi pintu keluar itu dalam keadaan terkunci. Membuat orang-orang itu jatuh,