Sedihnya Jeka Saragih: Angkat Simalungun Lewat UFC, tapi Pemerintah Abai
Jeka Saragih meniti karier di UFC karena satu alasan, ingin memajukan Simalungun. Namun, hal itu kurang disambut pemerintah setempat.
Jeka Saragih merupakan fighter asal Simalungun, Sumatera Utara, yang kini mentas di UFC, ajang MMA level dunia. Ia bahkan bisa mengharumkan Indonesia.
Setelah mendapat kontrak UFC, petarung 29 tahun itu mampu memenangi debutnya. November lalu, ia menang KO atas Lucas Alexander di Las Vegas.
Jeka sendiri merintis jalan ke UFC sejak lama. Pada 2022, ia berkesempatan mengikuti Road To UFC.
Meski kalah di final, penampilan atraktifnya membuat UFC tetap menyodorinya kontrak. Petarung yang dijuluki Si Tendangan Maut itu bisa menjawabnya dengan kemenangan.
Jeka Saragih, kepada detikSport, bercerita bahwa dirinya ingin memajukan Simalungun lewat UFC. Sebuah misi yang menurutnya tidak mendapat perhatian serius dan bantuan apa pun dari pemerintah.
"Sejauh ini belum ada gerakan apapun di bidang olahraga (dari pemerintah). Kalau saya sudah buat tempat latihan, kemarin ada atlet saya juara di Jakarta dan mau berangkat ke kejuaraan dunia, itu kita dengan anggaran sendiri, cari sponsor sendiri, pemerintah tutup mata," dalam wawancara bersama sejumlah wartawan Indonesia yang diinisiasi Mola, termasuk detikSport.
Jeka merasa sedih karena perhatian minim pemerintah. Sebab, ia merasa Simalungun masih punya banyak masalah sosial.
Mulai dari infrastuktur yang tertinggal, hingga masalah anak-anak muda yang terjerat narkoba hingga kekerasan. Ia menyayangkan tak ada bantuan dari pemerintah, meski dirinya sudah jatuh bangun di UFC.
"Kenapa saya sedih? Di daerah saya maraknya narkoba, begal, segala macam, masa pemerintah diam aja? Mau gimana negeri ini kalau anak mudanya sekarang saja sudah rusak," ungkapnya.
"Kan