Refleksi 93 Tahun PSSI
PSSI dalam beberapa hari lagi mau menginjak usia 93 tahun. Berbagai dinamika terjadi dalam perjalanannya.
PSSI lahir pada 19 April 1930. Usia organisasi ini lebih tua dari negara Indonesia. Sepakbola konon dibangun sebagai salah satu alat perjuangan.
Seiring berjalannya waktu, sepakbola Indonesia sampai saat ini belum juga mampu bicara banyak. Prestasi terbaik pun terjadi saat menjadi juara di SEA Games 1991.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam menyambut usia PSSI yang ke-93, forum wartawan sepakbola yang bernama PSSI Pers menggelar diskusi dengan tajuk "Melihat Perjalanan PSSI, Dinamika Kompetisi, dan Meneladani Perjuangan Para Legenda. Acara ini juga didukung oleh Nendia Primarasa Catering.
Empat mantan pesepakbola Indonesia ikut hadir sebagai pembicara, yakni Robby Darwis, Rully Nere, Toyo Haryono, dan Firman Utina. Ada pula pegiat sejarah olahraga, yakni Dimas Ramadhan dan Exco PSSI, Arya Sinulinggal.
"Pengalaman yang saya rasakan waktu itu dari perserikatan, pemain sudah matang, topnya di situ tidak ada pemain asing, lokal semua," kata Robby Darwis soal kompetisi liga di Indonesia.
"Penggabungan galatama & liga itu pressurenya cukup besar. Perserikatan tidak dibayar, dedikasi tinggi saja. Kalau menang dikasih uang saku. Kalau kalah, boro-boro. Tapi pendidikan diperhatikan," sambungnya.
Timnas Indonesia di level senior sejauh ini masih nihil. Gelar juara hanya dipersembahkan oleh timnas level usia meliputi Piala AFF U-22 2019, Piala AFF U-16 2018, dan Piala AFF U-19 2013. Kiprah klub Tanah Air juga melempem di persaingan Asia.
Arya merasa pada periode sekarang PSSI beruntung mendapatkan Erick Thohir sebagai ketua. Erick diyakini bisa mengangkat sepakbola dari berbagai aspek.
"PSSI sekarang beruntung