Tony Pulis: Dulu Andalkan Set-Piece Dicap dari Era Dinosaurus
Klub-klub Premier League mulai lebih fokus ke pemanfaatan set-piece. Manajer ikonik Premier League Tony Pulis menyinggung bagaimana dulu hal itu dicibir.
Pemanfaatan situasi set-piece kini lebih jamak di Liga Inggris. 19% gol di Liga Inggris musim ini diketahui tercipta dari korner, naik hampir lima persen dari rata-rata sebelumnya.
Lemparan ke dalam juga kini jadi senjata 'baru'. Opta mencatat ada kenaikan signifikan dalam penggunaan lemparan ke dalam panjang, dari musim lalu sebesar 1,52 menjadi 3,44 di musim ini.
Soal pemanfaatan set-piece, Arsenal bisa menjadi contoh nyata. Di luar penalti, The Gunners sudah bikin sembilan gol dari situasi tersebut musim ini, yang mana lebih dari separuh total gol mereka (16).
Ini semacam menghadirkan kembali memori akan Stoke City-nya Tony Pulis, yang dahulu dikenali dari kebiasaan memanfaatkan bola-bola mati dan lemparan ke dalam. Bahkan lemparan ke dalam Stoke kala itu sampai melambungkan nama Rory Delap sebagai spesialis lemparan jauh.
Statistik mengungkap bahwa di bawah Pulis, Stoke City mencetak 43,1 persen golnya dari situasi set-piece (81 dari 188 gol). Hanya saja kala itu taktik Tony Pulis dianggap terlalu pragmatis, kuno, dan tidak keren.
Selain mengandalkan set-piece, Pulis memang menyusun timnya untuk bermain direct: bermain amat defensif dan mengirim bola-bola panjang ke depan.
"Saya dulu dilihat sebagai dinosaurus karena fokus ke situasi bola mati dan lemparan ke dalam dengan Stoke City, ketika kami promosi ke Premier League di 2008. Tapi saya tak akan bilang bahwa saya merasa dibenarkan dengan cara dua hal itu menjadi tren sekarang, sebab dulu saya sudah tahu betapa pentingnya itu semua," tulis Pulis dalam kolom di BBC.
"Tugas saya, di klub manapun, adalah mendapatkan


